LOGO BARU
Perjalanan Panjang Sebuah Bibit Teh (Camellia sinensis (L.) oleh Mutiara Rengganis Naomi

Dok. Mutiara Rengganis Naomi

Fase bibit adalah fase yang pasti dilalui oleh setiap tanaman, termasuk tanaman teh. Pembibitan tanaman teh dapat dilakukan secara generatif maupun vegetatif, yang kemudian akan dipindah tanam ke areal perkebunan. Sejak tahun 1970-an, teknik perbanyakan yang dilakukan di Indonesia adalah dengan cara vegetatif yaitu menanam setek. Sebelumnya, perbanyakan dilakukan dengan cara generatif yaitu melaui penanaman biji, namun tingkat ketidakseragaman yang tinggi dan sifat yang berbeda dengan induknya di anggap merugikan bagi pekebun. Dengan metode perbanyakan menggunakan setek dapat diperoleh tanaman yang sifat dan ketahanan terhadap hama penyakit yang sama dengan induknya dan memudahkan pengelolaan tanaman di lapangan.

Setekres

Ternyata, untuk memperoleh bibit teh yang baik diperlukan proses cukup panjang yang kurang lebih memakan waktu selama 1,5 tahun. Bahan tanam suatu pembibitan harus diperoleh dari kebun benih yang bersertifikat untuk menjamin kualitas dan kemurnian jenis klon yang akan ditanam. Hingga saat ini PPTK menjadi satu-satunya kebun induk yang telah memperoleh sertifikat dari Dirjenbun Kementerian Pertanian Republik Inonesia.

Kebun induk dirawat sedemikian rupa agar menghasilkan bahan tanam yang berkualitas. Serangkaian perawatan yang dilakukan sebelum kebun induk di panen setekresnya. Hal pertama yang dilakukan adalah pemangkasan bersih kurang lebih 4 bulan sebelumnya. Kemudian penyiangan gulma dilakukan untuk menjaga kebersihan dan mencegah inang alternatif hama. Selain itu, yang tidak kalah penting dalah pengendalian hama dan penyakit karena setek harus sehat dan tidak boleh cacat. Serangan hama pada musim kemarau bisa sangat menyulitkan para pekebun. Untuk mencegah hilangnya produksi setek, ditugaskan satu orang untuk melakukan monitoring hama di kebun induk. Hama dikendalikan dengan jenis dan dosis pestisida sesuai anjuran.

Permasalahan lain yang seringkali terjadi adalah pekerja mengambil setekres yang tidak sesuai SOP. Untuk mencegah hal tersebut, pengawasan pekerja saat mengambil ranting setek dilakukan secara ketat. Pengarahan dari mandor juga dilakukan agar pekerja mengetahui kriteria ranting setek yang boleh dipanen. Setek daun tunggal diperoleh dari ranting setek  pada pohon induk dengan syarat memiliki 4-6 setek. Setek berwarna hijau mengkilap, tidak boleh berkayu/terlalu muda, dan bebas hama penyakit.

Persemaian

Salah satu komponen penting di persemaian adalah keberadaan naungan kolektif yang berfungsi menjaga suhu, kelembaban, angin, intensitas cahaya. Dalam membangun naungan kolektif tidak sembarang, naungan kolektif harus dekat dengan akses jalan, sumber air, sumber media tanam, lahan penanaman teh, dan menghadap ke timur sesuai dengan datangnya cahaya. Naungan yang dibangun merupakan naungan semi permanen menggunakan paranet sebagai penutup bangunan yang tahan hingga kurang lebih 3 tahun

Media tanam menjadi salah satu kunci memperoleh bibit yang berkualitas baik. Tanah yang digunakan terdiri dari 2 jenis tanah, yaitu topsoil (tanah hitam) dan subsoil (tanah merah). Media tanam diisikan kedalam  Polybag berukuran 25 cm x 12 cm, dengan komposisi 2/3 top soil dan 1/3 sub soil. Untuk mengurangi resiko kegagalan di persemaian, tanah harus di cek pH nya terlebih dahulu (4,6 - 5,5) dan di fumigasi untuk mencegah serangan nematoda.

Setek yang telah ditanaman kemudian disiram air, disemprot insektisida dan disungkup selama 3 bulan. Monitoring organisme pengganggu tanaman (OPT) dikontrol setiap 1 minggu sekali dan dilakukan pengendalian jika diperlukan. Sementara itu, pengendalian gulma dilakukan dengan cara manual (penyiangan). Rancangan operasional kerja (ROK) di persemaian sangat penting agar tidak terjadi keterlambatan aplikasi pestisida maupun pupuk daun. Untuk mengurangi jumlah bibit yang gagal tumbuh atau mati, maka dilakukan penyulaman.

Sebagai langkah adaptasi bibit terhadap lingkungan, buka tutup sungkup dilakukan setelah bibit berusia kurang lebih empat bulan. Buka tutup sungkup diakukan secara bertahap  hingga bibit siap untuk diseleksi.

Seleksi

Seleksi dilakukan pada usia bibit 6 - 7 bulan dan dibagi kedalam 3 kelas yaitu kelas A memiliki tinggi >25 cm, kelas B memiliki tinggi 15-25 cm, dan kelas C memiliki tinggi <15 cm. Benih kelas A yang berumur 8 bulan sudah siap disalurkan kepada pembeli. Sementara itu, bibit kelas B dan C dipelihara secara intensif kembali dengan pemberian pupuk urea dengan dosis 2% untuk merangsang serta mempercepat pertumbuhan bibit. Bibit disungkup kembali selama 1-1,5 bulan. Bibit kelas B berumur 9 bulan bisa disiap salur sedangkan kelas C berumur 1 tahun bisa disiap salur.

Menghasilkan bibit yang berkualitas bukanlah hal yang mudah. Proses pembibitan membutuhkan perhatian yang sangat besar dari pekebun. Tidak akan ada hasil yang sia-sia jika kita melakukan segala sesuatunya dengan sepenuh hati. Perjalanan panjang tersebut akan membuat kita menghargai seluruh proses, usaha dan kerja keras yang telah kita lakukan. Karena usaha tidak akan mengkhianati hasil. Kelak, hanya bibit-bibit terbaiklah yang akan menghasilkan teh yang berkualitas.

Ditulis oleh :
Mutiara Rengganis Naomi (Mahasiswa Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Negeri Sebelas Maret)
Vitria Puspitasari Rahadi, S.P., M.Si (Peneliti Pemuliaan, Pusat Penelitian Teh dan Kina)

Referensi :

Santoso J, Suprihatini R, Widayat W et al. 2006. Petunjuk kultur teknis tanaman teh edisi ketiga. Bandung: PPTK.

Wawancara dengan petugas persemaian PPTK (Adhi Irianto Mastur, SP dan Bandi Sobandri