Pangkasan Bersih
Dok. Erdiansyah Rezamela
Tahukah anda, jika setiap 3-4 tahun sekali tanaman teh harus di pangkas!! Ya, pemangkasan pada tanaman teh merupakan tindakan kultur teknis untuk mempertahankan ketinggian bidang petik dan tanaman teh tetap dalam fase vegetatifnya. Produksi pucuk yang tinggi dapat diperoleh dengan menghindari pertumbuhan fase generatif sehingga semakin panjang fase vegetatif semakin panjang pula masa produksi tanaman tersebut.
Pemangkasan dilakukan saat hasil pucuk mulai menurun, pertumbuhan pucuk burung meningkat dan tanaman sudah terlalu tinggi sehingga sulit dilakukan pemetikan. Periode pangkas teh tidak selalu sama, hal ini dipengaruhi oleh ketinggian kebun, sistem petik, pengelolaan tanaman, dan tinggi pangkasan sebelumnya. Penetuan waktu pangkasan tidak boleh dilakukan sembarangan. Pemangkasan harus memperhatikan faktor kondisi tanaman, iklim dan ketinggian tempat. Hal ini bertujuan untuk memperoleh hasil pangkasan yang optimal. Pada umumnya waktu terbaik untuk melakukan pemangkasan di Jawa adalah pada akhir musim hujan (bulan April-Mei) dan awal musim hujan (September-Oktober). Selain iklim, kondisi kesehatan tanaman teh merupakan faktor penting yang harus diperhatikan. Kondisi tanaman salah satunya dipengaruhi oleh kandungan zat pati dalam akar.
Zat Pati
Penetuan kadar pati pada tanaman teh sangat penting untuk menentukan apakah tanaman layak untuk dipangkas atau tidak. Zat pati dalam akar digunakan untuk pertumbuhan pucuk dan pemeliharaan fungsi akar. Zat pati juga berfungsi menyembuhkan luka pangkasan dan merangsang pertumbuhan tunas baru. Primordia yang terletak pada bagian kulit lebih muda akan lebih cepat tumbuh tunas baru dibandingkan ada bagian kulit yang lebih tua.
Salah satu teknik mengukur zat pati dalam akar dapat dilakukan dengan cara sederhana yaitu menggunakan larutan yodium (Iodine Tincture). Teknik ini cukup mudah dilakukan oleh petani karena hanya perlu mengambil potongan akar seukuran pensil (diameter 0,5 cm, panjang 10 cm). Sampel akar dibelah menjadi dua kemudian ditetesi dengan larutan yodium. Jika akar yang di tetesi berubah menjadi biru tua, dominan dan tebal berarti tanaman teh mempunyai kadar pati cukup dan siap dipangkas. Namun, jika warna biru tuanya jarang dan tipis berarti tanaman mempunyai kadar pati rendah. Sebaiknya tanaman teh jangan dulu dipangkas tetapi dibiarkan selama kurang lebih satu bulan tanpa dipetik. Pengukuran zat pati secara kualitatif ini sebaiknya dilakukan dua bulan sebelum pemangkasan dilakukan.
Tanaman teh dengan kadar pati rendah akan merana bahkan bisa mati jika dipaksakan untuk dipangkas. Kondisi tanaman juga menentukan jenis pangkasan yang sebaiknya dilakukan. Pada kondisi tanaman yang lemah, sebaiknya disisakan daun untuk tetap dapat melakukan fotosintesis (Pangkas jambul).
Pangkasan dengan ajir (jambul)
Dok. Unknown
Uji kadar pati akar teh merupakan awal proses pemangkasan. Hal yang kadang dianggap sepele sebenarnya adalah hal yang sangat penting, yang sebaiknya tidak diabaikan. Uji kadar pati yang kita lakukan sekarang akan menentukan nasib tanaman teh kita 3 – 4 tahun yang akan datang. Oleh karena itu, untuk mengawali kesuksesan pemangkasan, lakukanlah uji kadar pati.
Ditulis oleh :
Linda Astuti Damayanti (Mahasiswa Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Negeri Sebelas Maret)
Erdiansyah Rezamela (Peneliti Agronomi, Pusat Penelitian Teh dan Kina)
Referensi
Anjarari, hamdani S, Suherman C et al. 2018. Kadar pati akar dan sitokinin endogen pada tanaman teh menghasilkan sebagai dasar penentuan pemangkasan dan aplikasi zat pengatur tumbuh. Jurnal Kultivasi Vol. 17 (2): 619-620
Durairaj, T., B. Radhakrishnan, J.B. Hudson, dan N. Muraleedharan. 2015. Guidelines on Tea Culture in South India. United Planters Association of Southern India, Conoor, The Nilgiris, India
Halford. (2010). Photosynthate partitioning, in Plant Developmental Biology –Biotechnological Perspectives,. (D. M. R. Pua E. C., Ed.). Berlin; Heidelberg: Springer
Johan E. 2004. Sosialisasi teknis penggunaan dan pemeliharaan mesin pangkas “Java Tea Culture” Lingkup PTPN VIII, Perk. Rancabali, 17 Februari 2004
Johan E. 2005. Pengaruh tinggi pangkasan dan tinggi jendangan terhadap pertumbuhan dan hasil pucuk basah pada tanaman teh asal biji. Jurnal Penelitian Teh dan Kina 8(1-2): 43-48
Johan, Erwan M. 2008. Pengaruh ketinggian pangkasan pada tanaman the klon TRI 2024 saat kemarau terhadap pertumbuhan tanaman setelah dipangkas. Jurnal Penelitian Teh dan Kina, 11 (3): 58-65.
Pusat Penelitian Teh dan Kina. 2006. Petunjuk Kultur Teknis Tanaman Teh. Edisi ketiga.Lembaga Riset Perkebunan Indonesia Pusat Penelitian Teh dan Kina. Gambung. 191 hal.
Santoso 2001. Fisiologi lingkungan tanaman. UGM Press. Yogyakarta
Setyamidjaja D. 2000. Teh Budi Daya dan Pengolahan Pascapanen. Kanisius: Yogyakarta
Sukasman. 1987. Memeriksa kadar pati dalam akar pada tanaman teh yang akan dipangkas menggunakan larutan yodium. Warta BPTK 13 (2): 69-72.