Sejak pertengahan bulan Agustus 2015, terjadi kondisi El-Nino dengan intensitas kuat,dimana indeks NINO bertahan di sekitar batas ambang El-Nino Kuatyaitu +2 (BMKG, 2015 ; Null, 2015). Pola pergerakan indeks NINO Asia Pasifik pada tahun 2015 dapat dilihat pada Gambar 1 berikut :
Di daerah tropis seperti yang terjadi di Indonesia, peristiwa El-Nino mempengaruhi pergeseran pola dan penurunan kuantitas curah hujan serta peningkatan suhu udara (Irawan, 2013). Jumlah curah hujan di bagian khatulistiwa mengalami penurunan yang diikuti oleh peningkatan jumlah bulan kering. Kondisi bulan kering yang panjang ini dialami oleh semua kebun teh, termasuk Kebun Percobaan (KP) Gambung.
Iklim merupakan lingkungan fisik yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman teh. Salah satu anasir iklim yang penting pengaruhnya bagi pertumbuhan tanaman teh adalah curah hujan (Kartawijaya, 1989; 1992). Sebagai bahan referensi berikut kami sajikan (Gambar 2) kondisi curah hujan di KP Gambung selama tahun 2015.
Gambar 2 memperlihatkan bahwa pada tahun 2015, KP Gambung mengalami 4 bulan kering, yaitu pada Bulan Juli sd Oktober. Pada budidaya tanaman teh, musim kering yang berkepanjangan ditandai dengan jumlah bulan kering lebih dari 2 bulan dengan intensitas curah hujan 60 mm (Anonim, 2006). Musim kering yang panjang juga mengakibatkan peningkatan suhu udara dan penurunan kelembaban. Polasebaran suhu maksimum dan kelembaban KP Gambung tersaji dalam Gambar 3 dan 4
Mulai Bulan Agustus hingga Oktober 2015 terjadi peningkatan suhu maksimum pada siang hari mulai dari 290C sampai maksimum dikisaran di 30,80C. Kondisi peningkatan suhu ini diikuti oleh penurunan kelambaban udara di bawah 70% sampai pada titik terendah di kisaran 65%.
Carr (1972) dalam Wilson dan Clifford (1992) menyimpulkan bahwa suhu udara minimum yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tunas sekitar 13 atau 14°C dengan optimal kisaran 18 sampai 30°C. Tanaman teh akan berhenti pertumbuhannya apabila suhu di bawah 13oC dan di atas 30oC serta kelembaban relative kurang dari 70% (Anonim, 2006).
Kondisi iklim yang ditinjau dari anasir curah hujan, suhu udara dan kelembaban relative udara pada tahun 2015 ini sangat tidak menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman teh. Kondisi ini berujung pada penurunan produksi secara drastic. Oleh karena itu, antisipasi dan manipulasi iklim mikro serta kultur teknis sangat dibutuhkan sebagai strategi preventif untuk menghadapi kekeringan pada tahun-tahun mendatang yang sangat mungkin siklusnya akan kembali kita hadapi.
Referensi
Anonim.2006. Petunjuk Kultur Teknis Tanaman Teh. Lembaga Riset Perkebunan Indonesia. Pusat Penelitian Teh dan Kina. Gambung. Bandung
BMKG. 2015. Index El-Nino Indonesia. Tersediasecaraonline :http://www.bmkg.go.id/BMKG_Pusat/Informasi_Iklim/Informasi_Index_El_Nino.bmkg [diakses 16 November 2015]
Hajra, N. G. 2001. Tea Cultivation Comprehensive Treatise. International Book Distribiting Company : India. First Edition
Irawan, Bambang. 2013. Politik Pembangunan Pertanian Menghadapi Perubahan Iklim. IAARD Press, Balitbang Pertanian. Tersedia dalam jaringan :http://www.litbang.pertanian.go.id/buku/politik-pembangunan/BAB-II/BAB-II-2.pdf [diakses 23 Desember 2015]
Jan Null. 2015. ONI (Ocenix Nino Index). Tersedia secara online http://www.cpc.noaa.gov/products/analysis_monitoring/ensostuff/ensoyears.shtm l [diakses 16 November 2015]
Kartawijaya, W. S. 1992. Evaluasi pengaruh kemarau panjang tahun 1991 terhada pproduksi di beberapa perkebunan teh. Warta Teh dan Kina vol 3 (3/4), Juli-Desember.
Wilson, K. C, and M. N. Clifford. 1992. Tea Cultivation and Consumption. Springer Sicence+Business Media BV : USA. First Edition.Page : 87 – 130.