Mekanisme inhibisi (penghambatan) dapat berlangsung secara kompetitif atau non kompetitif. Pada jenis inhibisi kompetitif, terjadi kompetisi antara substrat (xantin) dengan inhibitor (penghambat) untuk memperebutkan sisi aktif pada enzim (XO). Reaksi inhibitor dengan XO akan menghasilkan produk yang berbeda jenisnya dengan produk yang dihasilkan dari reaksi xantin dan XO.

Inhibitor kompetitif, umumnya memiliki struktur yang serupa dengan xantin. Sebagai contoh adalah alopurinol, yang strukturnya hampir sama dengan xantin. Alopurinol dapat berikatan dengan XO pada sisi aktifnya dan membentuk ikatan yang terdiri dari kombinasi ikatan kovalen, ikatan elektrostatik, serta ikatan hidrogen. Alopurinol memiliki afinitas puluhan kali lebih kuat terhadap XO dibandingkan xantin. Oleh karena itu, apabila dalam sistem terdapat inhibitor ini bersama-sama dengan xantin, maka alopurinol akan bereaksi lebih intensif dengan XO membentuk produk berupa oksipurinol. Keadaan ini dapat berlangsung terus selama masih terdapat alopurinol dalam sistem tersebut sehingga efek penghambatan pembentukan asam uratpun akan terus berlanjut.

Didalam teh, terdapat golongan kimia yang mempunyai struktur xantin. Golongan kimia yang dimaksud adalah alkaloid. Alkaloid utama yang terdapat dalam teh adalah kafein (1,3,7-trimetil xantin), teobromin (3,7-dimetil xantin) dan teofilin (1,3-dimetil xantin).

Awalnya, banyak masyarakat yang enggan mengkonsumsi teh karena mengira bahwa xantin yang terdapat dalam alkaloid teh dapat memicu tingginya kadar asam urat dalam darah. Asumsi tersebut tentunya kini sudah bisa terpatahkan. Xantin yang terdapat dalam alkaloid teh, metil xantin, justru dapat berfungsi sebagai inhibitor kompetitif, sepertihalnya alopurinol. Oleh karena itu alasan untuk tidak mengkonsumsi teh karena takut TNI AU (Terima Nasib Ini Asam Urat) adalah sesuatu yang sudah tidak populer lagi.