Pendeklarasian upaya
penyelamatan masa
depan kina Indonesia telah dilakukan oleh Kalangan peduli Kina Indonesia
yang terdiri dari pelaku usaha, lembaga peneltiian, pemerintah daerah, praktisi
perkebunan, dll yang dimotori oleh Puslit Teh dan Kina (PPTK) Gambung PT Riset Perkebunan
Nusantara dan PT Sinkona Indonesia Lestari (SIL) Ciater, Subang pada
kegiatan Focus Group Discussion (FGD) dan Talkshow dengan tema
"Keberlanjutan Ekosistem Industri Kina Kita Kini Kedepan" pada Rabu,
13 Desember 2023 di Hotel Grand Sunshine Soreang, Kabupaten Bandung.
Acara FGD tersebut
dihadiri oleh Direktur PT RPN, Dr. Iman Yani Harahap, Kepala Pusat Penelitian
Teh dan Kina (PPTK) Gambung, M. Akmal Agustira, Bupati Bandung yang diwakili
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bandung, Ir. Hj. Ningning Hendasah, M.Si., dan
pemerhati lingkungan di Jawa Barat, Eyang Memet.
Dalam sambutannya,
Direktur PT RPN Iman Yani Harahap berharap melalui FGD ini masyarakat tidak
akan melupakan sejarah bahwa Indonesia memiliki Komoditas Kina yang harus
diselamatkan agar tidak punah dan dapat bangkit menjadi komoditas unggulan.
Saat ini, industri kina
di Indonesia menghadapi fase krusial dengan berbagai tantangan dan dinamika.
Negara ini yang dikenal sebagai produsen kina terdepan di dunia, kini berjuang
untuk mempertahankan dan meningkatkan peranannya di pasar global. Beberapa
masalah utama yang dihadapi termasuk menurunnya luas lahan dan produksi,
disebabkan oleh kondisi kebun yang kurang memadai, masa tanam yang lama, dan
perubahan fungsi lahan
Kepala PPTK Gambung,
Akmal Agustira dalam sambutannya mengatakan, upaya pengembangan ekosistem
tanaman kina merupakan hal yang harus menjadi perhatian seluruh pihak, mulai
dari pemerintah hingga masyarakat. Terlebih lagi tanaman kina sendiri memiliki
nilai ekonomis dan pasar yang sangat bagus, ujar Akmal.
Pernyataan tersebut
didukung dengan perkiraan pertumbuhan pasar kina global yang akan mencapai
Compound Annual Growth Rate (CAGR) sekitar 6% dari 2022 hingga 2030, serta
meningkatnya kesadaran kesehatan, Indonesia berpeluang memperluas pengaruhnya
di sektor ini. Strategi yang meliputi revitalisasi perkebunan, pengembangan
varietas baru, insentif untuk petani dan investor, serta dukungan kebijakan
pemerintah, sangat dibutuhkan untuk meningkatkan produksi domestik.
Pusat Penelitian Teh dan
Kina (PPTK) PT RPN telah giat melakukan riset untuk menemukan varietas kina
unggul, khususnya yang memiliki kadar Quinine sulphate (QS7) tinggi, komponen
kunci dalam industri farmasi. PPTK telah mengembangkan 19 klon kina unggul,
dengan potensi besar untuk pemuliaan dan produksi masa depan. Studi terbaru
menunjukkan bahwa luas lahan kina di Indonesia diperkirakan stabil di kisaran
500 hektar hingga tahun 2025, dengan produksi yang konsisten.

Kina juga digunakan dalam
berbagai pengobatan dan industri, seperti minuman berkarbonasi, kosmetik, dan
perawatan rumah. Ekstrak dari daun Cinchona Succirubra sebagai anti-acne
menambah keanekaragaman penggunaan tanaman ini. Ini menunjukkan potensi inovasi
berkelanjutan yang dapat membuka peluang di pasar global.
Melalui kegiatan FGD ini,
Pusat Peneltiian Teh dan Kina PT RPN
mengajak seluruh stakeholder mulai dari akademisi, pelaku usaha,
investor hingga lembaga perbankan untuk bekerja sama dalam mengembangkan
tanaman kina serta membuka wawasan dan peluang baru dalam industri ini. Upaya
ini diharapkan dapat meningkatkan kapasitas dan kualitas industri kina
Indonesia dan mengukuhkan posisi negara sebagai salah satu produsen kina utama
di dunia.
Keterangan Lebih Lanjut:
Pusat Penelitian Teh dan Kina
Hilman Maulana
Peneliti Pengolahan Hasil dan
Enjineering
https://iritc.org/hilmanmaulana