Belakangan ini, mengkonsumsi teh mulai menjadi gaya hidup seiring dengan kesadaran masyarakat akan hidup sehat. Teh termasuk pangan fungsional mengingat khasiat yang terkandung dalam teh dapat meningkatkan kesehatan tubuh dan merupakan sumber zat gizi. Pangan fungsional merupakan pangan alami atau pangan olahan yang mengandung komponen bioaktif sehingga dapat memberikan dampak positif pada fungsi metabolisme manusia. Pangan fungsional dibedakan dari suplemen makanan atau obat berdasarkan penampakan dan pengaruhnya terhadap kesehatan. Bila fungsi obat terhadap penyakit bersifat kuratif, maka pangan fungsional lebih bersifat pencegahan terhadap penyakit.
Diantara beberapa senyawa kimia yang paling besar peranannya dalam pembentukan cita rasa dan berbagai khasiat istimewa teh adalah katekin. Katekin dapat berperan sebagai penangkal radikal bebas hidroksil (OH) yang juga merupakan senyawa yang menyumbangkan berat 20-30% dari daun teh yang kering. Senyawa katekin tidak berwarna, larut dalam air, dan berfungsi untuk memberikan rasa pahit pada teh. Dipandang dari sisi kesehatan, semakin tinggi katekin berarti semakin bermanfaat buat kesehatan. Akan tetapi sebaliknya ditinjau dari sisi rasa, memiliki perbandingan yang terbalik. Senyawa katekin merupakan senyawa yang penting pada daun teh yang berfungsi sebagai antioksidan yang menyehatkan tubuh. Hasil penelitian University of Kansas (2007) yang dipresentasikan di American Chemical Society, menyatakan bahwa katekin teh hijau berkemampuan 100 kali lebih efektif untuk menetralisir radikal bebas daripada vitamin C dan 25 kali lebih ampuh dari vitamin E.
Pada dasarnya teh diproses menjadi tiga jenis teh yaitu teh hitam, teh oolong dan teh hijau. Teh hijau dihasilkan dari pengolahan daun teh tanpa proses oksidasi sehingga kandungan polifenolnya lebih tinggi dibandingkan dengan teh hitam dan teh oolong. Seperti pada pengolahan teh hitam, pengolahan teh hijau juga melalui beberapa tahap seperti pelayuan, penggulungan, pengeringan, dan sortasi. Teh hijau berdasarkan hasil penelitian memiliki kandungan katekin yang merupakan golongan polifenol. Senyawa ini diketahui efektif dalam menurunkan risiko penyakit kardiovaskular, diabetes, penurunan berat badan, sebagai antiinflamasi, antivirus dan antibakteri. Kandungan katekin terbanyak yaitu (-)-epigallocatechin-3-gallate (EGCG) ditemukan berkaitan kuat dengan penurunan risiko penyakit metabolik. Epigallocatechin gallate (EGCG) merupakan kandungan katekin terbesar di dalam teh hijau yang diketahui memiliki efek baik bagi kesehatan. EGCG menghambat proliferasi sel adiposa dan diferensiasi pada sel 3T3-L1, meningkatkan oksidasi lemak, meningkatkan penggunaan energi.
Berdasarkan penelitian sebelumnya, subyek yang mengkonsumsi teh hijau secara rutin lebih dari 10 tahun menunjukkan prosentase lemak tubuh yang lebih rendah, lingkar pinggang yang lebih kecil dan penurunan rasio pinggang panggul. Salah satu mekanisme penurunan berat badan melalui konsumsi teh hijau yaitu dengan meningkatkan absorpsi lipid. Jadi, teh hijau dapat digolongkan ke dalam pangan fungsional karena sudah terbukti memiliki manfaat untuk kesehatan.
Disusun oleh :
Beauty Azhary (Mahasiswa Fakultas Teknologi Industri Pangan, Universitas Padjadjaran)
M. Iqbal Prawira Atmaja (Peneliti Pengolahan Hasil dan Enjiniring)
Daftar Pustaka:
Anjarsari L.R.D. 2016. Katekin Teh Indonesia : Prospek dan Manfaatnya. Jurnal Kultivasi Vol.15(2).Universitas Padjadjaran, Jatinangor.
Amalia, Fryda. 2016. Pengaruh Grade Teh Hijau dan Konsentrasi Gula Stevia terhadap Karakteristik Sirup Teh Hijau. Universitas Pasundan, Bandung.
Ariani N.L dan Ani Sutriningsih. 2017. Peran Konsumsi Teh Hijau Terhadap Penurunan Indeks Massa Tubuh (IMT) Mahasiswa Keperawatan Universitas Tribhuwana Tunggadewi. Jurnal Care Vol. 5, No 2.