Mutasi genetik dapat menyebabkan perubahan pada tanaman, seperti perubahan fisiologi dan morfologi tanaman. Salah satu hasil mutasi genetik pada tanaman teh adalah jenis purple tea. Purple tea merupakan jenis teh baru yang mulai berkembang di Indonesia. Penampakan daun purple tea lebih gelap jika dibandingkan daun teh pada umummnya. Negara Kenya sudah mengembangkan kultivar dari purple tea yang bernama TRFK 306/1 selama 25 tahun. Menurut Tea Research Institute of Kenya, pendapatan dari purple tea lebih besar 3 sampai 4 kali dari teh hitam. Berbeda dengan di Jepang yang juga memiliki purple tea namun belum untuk dikonsumsi untuk saat ini dikarenakan rasa dari purple tea yang belum memenuhi kriteria pasar domestik Jepang.
Kandungan bermanfaat yang dimililki oleh purple tea antara lain antiosianin dan antioksidan. Antosianin merupakan penyumbang warna gelap yang dimiliki oleh purple tea, sejenis dengan yang dimiliki blueberry namun kandungannya lebih banyak terdapat pada purple tea. Antosianin dipercaya dapat berperan menahan berbagai radikal bebas, mengobati penyakit peradangan dan memberikan manfaat kesehatan lainnya. Hal ini didukung oleh kandungan antioksidan yang juga lebih banyak terkandung dalam purple tea daripada teh hijau dan teh hitam.
Berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh Hiroshi et al., (2015), menyatakan bahwa purple tea dapat menurunkan berat badan pada manusia tanpa menimbulkan efek samping. Selain mengandung antosianin, purple tea juga mengandung senyawa unik yaitu polifenol (GHG) yang berperan sebagai anti-obesitas. Pada penelitian tersebut melibatkan sampel yang diambil darahnya setelah berpuasa dan memiliki berat badan 80kg. Setelah mengonsumsi ekstrak purple tea sebanyak dua kali sehari selama 1 bulan, berat badan turun menjadi 79kg.
Dari kacamata hama penyakit tanaman, menurut beberapa studi menemukan bahwa purple tea dapat tahan terhadap penyakit embun beku. Purple tea asal jepang juga diidentifikasikan dapat lebih tahan terhadap penyakit hawar daun atau yang sering disebut grey blight.
Dengan berbagai manfaat yang dimiliki oleh purple tea, potensi pasarnya masih cukup luas. Namun, tentu saja purple tea akan tergolong kedalam produk premium seperti white tea karena teh jenis ini masih jarang ditanaman di perkebunan teh di Indonesia.
Disusun Oleh :
Ummi Sajidah (Mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran)
Heri Syahrian K., SP., MP (Peneliti Pemuliaan Tanaman, Pusat Penelitian Teh dan Kina)
Daftar Pustaka
https://purposetea.com/about-purple-tea/ diakses pada 10 Januari 2019
N. Martin. 2015. Purple Tea: Innovation or Hype?. The Daily Tea : https://thedailytea.com/taste/purple-tea-innovation-hype/ diakses pada 10 Januari 2019
Shimoda, H. S. Hitoe. S. Nakamura. H. Matsuda. 2015. Purple tea and Its Extract Suppress Diet Induced Fat Accumulation in Mice and Human Subjects by Inhibiting Fat Absorption and Enhancing Carnitine Palmitoyltransferase Expression. Jepang. International Journal of Biomedical Science 11(2):67-75